Langganan Artikel

Internet

Technology

Gadgets

Latest Release

Saturday, March 18, 2017

Adi Setiyono

http://www.linkbucks.com/AbVwu

Wednesday, December 28, 2016

Adi Setiyono

BIMA : Izinkan saya menyebut nama seorang perempuan: Niken Lara Yuwati

Izinkan saya menyebut nama seorang perempuan: Niken Lara Yuwati.




Barangkali tidak banyak yang mengenal nama di atas. Tapi sosok wanita agung ini ada di balik dua perang besar; yang satu nyaris membangkrutkan VOC pada 1746-1755; yang satu lagi nyaris membangkrutkan pemerintahan jajahan Hindia-Belanda pada 1825-1830.

Niken Lara Yuwati, cucu Sultan Bima, Abdul Kahir I itu, lebih masyhur dikenal sebagai Ratu Ageng Tegalreja, permaisuri Sultan Hamengkubuwana I (1755-1792).



Beliau terampil berkuda, ahli menggunakan patrem (keris kecil), jitu dalam memanah, dan tahan mengarungi perjalanan panjang. Pada Perang Giyanti, dia mendampingi gerilya suaminya menempuh medan yang amat berat di bentangan Jawa Tengah hingga Jawa Timur.

Dalam masa prihatin itu, di tengah hutan lereng Gunung Sindoro beliau melahirkan sang putra yang kelak menjadi Sultan Hamengkubuwana II. Beliau pula memimpin bregada prajurit putri, satu-satunya kesatuan yang peragaan perangnya membuat Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels sangat terkesan dalam kunjungannya ke Yogyakarta semasa pemerintahan putranya.

Setelah merasa jalan perjuangan putranya tak segaris dengan almarhum suami tercinta, wanita baja ini memilih mengundurkan diri ke Tegalreja, membuka persawahan makmur dan menampung para 'ulama serta santri.

Diasuh pula olehnya sang buyut yang lahir pada 1785, Bendara Raden Mas Musthahar yang kelak dikenal sebagai Dipanegara. Di bawah bimbingan nenek yang shalihah ini, Dipanegara tumbuh sebagai pangeran santri yang kelak mengobarkan jihad akbar untuk tegaknya agama di Jawa.

Yogyakarta, Jawa, bahkan seluruh negeri ini, berhutang besar pada seorang srikandi dari Kesultanan Bima, di pulau Sumbawa. Kini saatnya kita hulurkan tangan kita ke Bima, mengirimkan cinta pada yang termusibah di sana.


Salim A. Fillah (@salimafillah) | Twitter



Relawan Masjid Indonesia mengajak kita berbagi melalui rekening Bank Muamalat Indonesia no. 532-000-7234 an. Masjid Jogokariyan. Konfirmasi ke no: 0858 7860 3556. Jazakumullahu khayran.


Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !
Adi Setiyono

Mau Ikut-ikutan Tahun Baru ? Bagaimana Hukumnya ? Baca Dulu Sejarahnya

Malam pergantian tahun (kalender masehi) selalu dirayakan hampir di seluruh dunia. Malam tahun baru merupakan petang hingga malam hari pada 31 Desember di kalender Gregorian (Masehi). Di Indonesia, Tahun Baru jatuh pada 1 Januari karena Indonesia mengadopsi kalender Gregorian, sama dengan mayoritas negara lain di dunia. 

Budaya barat, tahun baru dirayakan dengan pesta dan acara berkumpul bersama kerabat, teman atau keluarga untuk menanti pergantian tahun. Bahkan di sejumlah kota besar di dunia, perayaan malam tahun dilakukan dengan pesta bersama di lapangan terbuka.







Negara yang paling cepat merayakan pergantian tahun adalah Kiribati dan Samoa. Sementara tempat yang merayakan Tahun Baru paling lambat adalah Honolulu, Hawai.

Di sejumlah negara, 31 Desember adalah hari libur dalam rangkaian perayaan Tahun Baru di antaranya Argentina, Brasil, Meksiko, Yunani, Filipina dan Venezuela.

Bagaimana sejarah perayaan Tahun Baru? Ngelmu.com akan menuliskan untuk anda.

Sejarah Tahun Baru Masehi

Tahun baru pertama kali dirayakan pada 1 Januari 45 SM. Tidak lama setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai kaisar Roma, ia memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak abad ketujuh SM.

Untuk mendesain kalender baru ini, Julius Caesar dibantu Sosigenes, seorang ahli astronomi dari Iskkitariyah, yang menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat dengan mengikuti revolusi matahari. Hal itu dilakukan sebagaimana yang dilakukan orang-orang Mesir. Satu tahun dalam penanggalan baru itu dihitung sebanyak 365 seperempat hari dan Caesar menambahkan 67 hari pada tahun 45 SM sehingga tahun 46 SM dimulai pada 1 Januari.





Caesar juga memerintahkan agar setiap empat tahun, satu hari ditambahkan ke bulan Februari. Secara teoritis kebijakan Caesar bisa menghindari penyimpangan dalam kalender baru ini. Tidak lama sebelum Caesar terbunuh di tahun 44 SM, dia mengubah nama bulan Quintilis dengan namanya, yaitu Julius atau Juli. Kemudian, nama bulan Sextilis diganti dengan nama pengganti Julius Caesar, Kaisar Augustus, menjadi bulan Agustus. 



Perayaan Tahun Baru
Saat ini, tahun baru 1 Januari menjadi salah satu hari suci umat Kristen. Namun tradisi sekuler ternyata sudah lama menjadikan Tahun Baru sebagai hari libur umum nasional untuk semua warga Dunia.

Adalah orang Yahudi yang awalnya merayakan Tahun Baru yang dihitung sejak bulan baru di akhir September. Selanjutnya menurut kalender Julianus, tahun Romawi dimulai pada 1 Januari. 

Paus Gregorius XIII kemudian mengubahnya menjadi 1 Januari pada tahun 1582 dan hingga kini seluruh dunia merayakannya pada tanggal tersebut.

Tahun Baru memiliki hubungan dengan keyakinan agama Kristen. Sebab Masehi merupakan nama lain Isa Al Masih.

Menurut catatan Encarta Reference Library Premium 2005, orang pertama pembuat penanggalan kalender Masehi adalah kaisar Romawi yang terkenal dengan nama Gaisus Julius Caesar. Kalender itu dibuat pada 45 SM, jika menggunakan standar tahun yang dihitung mundur dari kelahiran Yesus. Dalam perkembangannya, pendeta Kristen bernama Dionisius memanfaatkan penemuan kalender Julius Caesar untuk diadobsi sebagai penanggalan yang didasarkan pada tahun kelahiran Yesus Kristus.

Dengan demikian, penanggalan tahun setelah kelahiran Yesus Kristus diberi tanda AD (bahasa Latin: Anno Domini yang berarti in the year of our lord) alias Masehi. Sementara untuk jaman prasejarahnya disematkan BC (Before Christ) alias SM (Sebelum Masehi). Kemudian Pope (Paus) Gregory III memoles kalender yang sebelumnya dengan beberapa modifikasi dan mengukuhkannya sebagai sistem penanggalan yang harus digunakan seluruh Eropa, bahkan kini seluruh negara di dunia dan berlaku umum bagi siapa saja. 

Kalender Gregorian yang kita kenal sebagai kalender Masehi dibuat berdasarkan kelahiran Yesus Kristus dalam keyakinan Kristen: "The Gregorian calendar is also called the Christian calendar because it uses the birth of Jesus Christ as a starting date". Demikian keterangan dalam Encarta Reference Library Premiun 2005. 

Di jaman Romawi, pesta ulang tahun baru adalah untuk menghormati Dewa Janus (Dewa yang digambarkan bermuka dua). Kemudian perayaan ini terus dilestarikan dan menyebar ke Eropa pada abad permulaan Masehi.

Seiring muncul dan berkembangnya agama Kristen, akhirnya perayaan ini diwajibkan oleh para pemimpin gereja sebagai suatu perayaan "suci" satu paket dengan hari Natal. Itulah mengapa ucapan Natal dan Tahun baru dijadikan satu (Merry Christmas and Happy New Year).








Tahun Baru, Dewa dan Ritual Keagamaan

Seperti kita ketahui, tradisi perayaan tahun baru di beberapa negara terkait dengan ritual keagamaan atau kepercayaan mereka yang tentu saja sangat bertentangan dengan Islam.

Sebagai contoh Brazil. Setiap tengah malam pada 1 Januari, warga Brazil berbondong-bondong menuju pantai dengan pakaian putih bersih. Mereka menaburkan bunga di laut, mengubur mangga, pepaya dan semangka di pasir pantai sebagai penghormatan terhadap sang dewa Lemanja�Dewa laut yang terkenal dalam legenda negara Brazil.


Tradisi di Romawi kuno dalam merayakan pergantian tahun dengan saling memberikan hadiah potongan dahan pohon suci. Belakangan, mereka saling memberikan kacang atau koin lapis emas dengan gambar Janus, dewa pintu dan semua permulaan. Menurut sejarah, bulan Januari diambil dari nama dewa bermuka dua ini (satu muka menghadap ke depan dan yang satu lagi menghadap ke belakang).

Berbeda dengan kepercayaan orang Jerman, jika mereka makan sisa hidangan pesta perayaan New Year�s Eve di tanggal 1 Januari, mereka percaya tidak akan kekurangan pangan selama setahun penuh.

Bagi orang kristen yang mayoritas menghuni belahan benua Eropa, tahun baru masehi dikaitkan dengan kelahiran Yesus Kristus atau Isa al-Masih, sehingga agama Kristen sering disebut agama Masehi. Masa sebelum Yesus lahir pun disebut tahun Sebelum Masehi (SM) dan sesudah Yesus lahir disebut tahun Masehi.

Di Yunani, Tahun Baru dirayakan dengan menebarkan  di pintu rumah, kantor dan toko-toko sebagai simbol doa ungtuk mendapatkan kemakmuran sepanjang tahun. Buah delima yang menurut orang yunani melambangkan kesuburan dan kesuksesan.

Italia, disalah satu kotanya, tepatnya Naples, pada pukul 00 tepat pada malam pergantian tahun, masyarakat disana akan membuang barang barang yang sudah usang dan tidak terpakai di jalanan. Spanyol, masyarakat spanyol tepat pada malam pergantian tahun akan memakan anggur sebanyak 12 biji, jumlah yang hanya 12 melambangkan harapan selama 12 bulan kedepan.

Jepang, masyarakat merayakan tahun baru dengan memakan tiga jenis makanan sebagai simbol yaitu telur ikan melambangkan kemakmuran, ikan sarden asap melambangkan kesuburan tanah dan manisan dari tumbuhan laut yang melambangkan perayaan. 

Korea, pada malam pergantian tahun masyarakat disana menikmati kaldu daging sapi yang dicampur dengan potongan telur dadar dan kerupuk nasi atau yang biasa disebut thuck gook.

Di Amerika Serikat, perayaan dilakukan malam sebelum tahun baru, pada tanggal 31 Desember. Mereka pergi ke pesta atau menonton program televisi dari Times Square di jantung kota New York, di mana banyak orang berkumpul. Pada saat lonceng tengah malam berbunyi, sirene dibunyikan, kembang api diledakkan dan orang-orang meneriakkan "Selamat Tahun Baru" dan menyanyikan Auld Lang Syne.







Hukum Merayakan Tahun Baru Masehi Bagi Umat Islam



Berikut ini dipaparkan Ustadz Ahmad Sarwat saat menjawab berbagai pertanyaan mengenai hukum merayakan tahun baru Masehi dan mengisinya dengan berbagai kegiatan yang islami.
Ada sekian banyak pendapat yang berbeda tentang hukum merayakan tahun baru Masehi. Sebagian mengharamkan dan sebagian lainnya membolehkannya dengan syarat.

1. Pendapat yang Mengharamkan

Mereka yang mengharamkan perayaan malam tahun baru masehi, berhujjah dengan beberapa argumen.
a. Perayaan Malam Tahun Baru Adalah Ibadah Orang Kafir
Bahwa perayaan malam tahun baru pada hakikatnya adalah ritual peribadatan para pemeluk agama bangsa-bangsa di Eropa, baik yang Nasrani atau pun agama lainnya.
Sejak masuknya ajaran agama Nasrani ke eropa, beragam budaya paganis (keberhalaan) masuk ke dalam ajaran itu. Salah satunya adalah perayaan malam tahun baru. Bahkan menjadi satu kesatuan dengan perayaan Natal yang dipercaya secara salah oleh bangsa Eropa sebagai hari lahir nabi Isa.
Walhasil, perayaan malam tahun baru masehi itu adalah perayaan hari besar agama kafir. Maka hukumnya haram dilakukan oleh umat Islam. 
b. Perayaan Malam Tahun Baru Menyerupai Orang Kafir
Meski barangkali ada yang berpendapat bahwa perayaan malam tahun tergantung niatnya, namun paling tidak seorang muslim yang merayakan datangnya malam tahun baru itu sudah menyerupai ibadah orang kafir. Dan sekedar menyerupai itu pun sudah haram hukumnya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: �Siapa yang menyerupai pekerjaan suatu kaum (agama tertentu), maka dia termasuk bagian dari mereka."
c. Perayaan Malam Tahun Baru Penuh Maksiat
Sulit dipungkiri bahwa kebanyakan orang-orang merayakan malam tahun baru dengan minum khamar, berzina, tertawa dan hura-hura. Bahkan bergadang semalam suntuk menghabiskan waktu dengan sia-sia. Padahal Allah SWT telah menjadikan malam untuk berisitrahat, bukan untuk melek sepanjang malam, kecuali bila ada anjuran untuk shalat malam.
Maka mengharamkan perayaan malam tahun baru buat umat Islam adalah upaya untuk mencegah dan melindungi umat Islam dari pengaruh buruk yang lazim dikerjakan para ahli maksiat.. Perayaan Malam Tahun Baru Adalah Bid�ah
Syariat Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW adalah syariat yang lengkap dan sudah tuntas. Tidak ada lagi yang tertinggal.
Sedangkan fenomena sebagian umat Islam yang mengadakan perayaan malam tahun baru masehi di masjid-masijd dengan melakukan shalat malam berjamaah, tanpa alasan lain kecuali karena datangnya malam tahun baru, adalah sebuah perbuatan bid�ah yang tidak pernah dikerjakan oleh Rasulullah SAW, para shahabat dan salafus shalih.
Maka hukumnya bid�ah bila khusus untuk even malam tahun baru digelar ibadah ritual tertentu, seperti qiyamullail, doa bersama, istighatsah, renungan malam, tafakkur alam, atau ibadah mahdhah lainnya. Karena tidak ada landasan syar�inya.





2. Pendapat yang Menghalalkan

Pendapat yang menghalalkan berangkat dari argumentasi bahwa perayaan malam tahun baru masehi tidak selalu terkait dengan ritual agama tertentu. Semua tergantung niatnya. Kalau diniatkan untuk beribadah atau ikut-ikutan orang kafir, maka hukumnya haram. Tetapi tidak diniatkan mengikuti ritual orang kafir, maka tidak ada larangannya.
Mereka mengambil perbandingan dengan liburnya umat Islam di hari natal. Kenyataannya setiap ada tanggal merah di kalender karena natal, tahun baru, kenaikan Isa, paskah dan sejenisnya, umat Islam pun ikut-ikutan libur kerja dan sekolah. Bahkan bank-bank syariah, sekolah Islam, pesantren, departemen Agama RI dan institusi-institusi keIslaman lainnya juga ikut libur. Apakah liburnya umat Islam karena hari-hari besar kristen itu termasuk ikut merayakan hari besar mereka?
Umumnya kita akan menjawab bahwa hal itu tergantung niatnya. Kalau kita niatkan untuk merayakan, maka hukumnya haram. Tapi kalau tidak diniatkan merayakan, maka hukumnya boleh-boleh saja.
Demikian juga dengan ikutan perayaan malam tahun baru, kalau diniatkan ibadah dan ikut-ikutan tradisi bangsa kafir, maka hukumnya haram. Tapi bila tanpa niat yang demikian, tidak mengapa hukumnya.
Adapun kebiasaan orang-orang merayakan malam tahun baru dengan minum khamar, zina dan serangkaian maksiat, tentu hukumnya haram. Namun bila yang dilakukan bukan maksiat, tentu keharamannya tidak ada. Yang haram adalah maksiatnya, bukan merayakan malam tahun barunya.
Misalnya, umat Islam memanfaatkan even malam tahun baru untuk melakukan hal-hal positif, seperti memberi makan fakir miskin, menyantuni panti asuhan, membersihkan lingkungan dan sebagainya.
Demikianlah ringkasan singkat tentang perbedaan pandangan dari beragam kalangan tentang hukum umat Islam merayakan malam tahun baru.



Hari Raya Umat Islam Hanya ada Dua

Dalam agama Islam, yang namanya hari raya hanya ada dua saja, yaitu hari �Idul Fithr dan �Idul Adha. Selebihnya, tidak ada pensyariatannya, sehingga sebagai muslim, tidak ada kepentingan apapun untuk merayakan datangnya tahun baru.
Namun ketika harus menjawab, apakah bila ikut merayakannya akan berdosa, tentu jawabannya akan menjadi beragam. Yang jelas haramnya adalah bila mengikuti perayaan agama tertentu. Hukumnya telah disepakati haram. Artinya, seorang muslim diharamkan mengikuti ritual agama selain Islam, termasuk ikut merayakan hari tersebut.
Maka semua bentuk Natal bersama, atau apapun ritual agama lainnya, haram dilakukan oleh umat Islam. Dan larangannya bersifat mutlak, bukan sekedar mengada-ada.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 7 Maret tahun 1981/ 1 Jumadil Awwal 1401 H telah mengeluarkan fatwa haramnya natal bersama yang ditanda-tangani oleh ketuanya KH M. Syukri Ghazali. Salah satu kutipannya adalah:
  • Perayaan Natal di Indonesia meskipun tujuannya merayakan dan menghormati Nabi Isa AS, akan tetapi Natal itu tidak dapat dipisahkan dari soal-soal yang diterangkan di atas.
  • Mengikuti upacara Natal bersama bagi ummat Islam hukumnya haram.
  • Agar ummat Islam tidak terjerumus kepada syubhat dan larangan Allah SWT dianjurkan untuk tidak mengikuti kegitan-kegiatan Natal.
Namun bagaimana dengan perayaan yang tidak terkait unsur agama, melainkan hanya terkait dengan kebiasaan suatu masyarakat atau suatu bangsa?
Sebagian kalangan masih bersikeras untuk mengaitkan perayaan datangnya tahun baru dengan kegiatan bangsa-bangsa non-muslim. Dan meski tidak langsung terkait dengan masalah ritual agama, tetap dianggap haram. Pasalnya, perbuatan itu merupakan tasyabbuh (menyerupai) orang kafir, meski tidak terkait dengan ritual keagamaan. Mereka mengajukan dalil bahwa Rasulullah SAW melarang tasyabbuh bil kuffar
Dari Ibnu Umar ra. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, �Siapa yang menyerupa suatu kaum, maka dia termasuk di antara mereka. (HR Abu Daud)
Dari Abdullah bin Amr berkata bahwa orang yang mendirikan Nairuz dan Mahrajah di atas tanah orang-orang musyrik serta menyerupai mereka hingga wafat, maka di hari kiamat akan dibangkitkan bersama dengan mereka.
Tasyabbuh di sini bersaifat mutlak, baik terkait hal-hal yang bersifat ritual agama ataupun yang tidak terkait.
Namun sebagian kalangan secara tegas memberikan batasan, yaitu hanya hal-hal yang memang terkait dengan agama saja yang diharamkan buat kita untuk menyerupai. Sedangkan pada hal-hal lain yang tidak terkait dengan ritual agama, maka tidak ada larangan. Misalnya dalam perayaan tahun baru, menurut mereka umumnya orang tidak mengaitkan perayaan tahun baru dengan ritual agama. Di berbagai belahan dunia, orang-orang melakukannya bahkan diiringi dengan pesta dan lainnya.Tetapi bukan di dalam rumah ibadah, juga bukan perayaan agama.
Dengan demikian, pada dasarnya tidak salah bila bangsa itu merayakannya, meski mereka memeluk agama Islam.
Namun lepas dari dua kutub perbedaan pendapat ini, paling tidak buat kita umat Islam yang bukan orang Barat, perlu rasanya kita mengevaluasi dan berkaca diri terhadap perayaan malam tahun baru.
Pertama, biar bagaimana pun perayaan malam tahun baru tidak ada tuntunannya dari Rasulullah SAW. Kalau pun dikerjakan tidak ada pahalanya, bahkan sebagian ulama mengatakannya sebagai bid�ah dan peniruan terhadap orang kafir.
Kedua, tidak ada keuntungan apapun secara moril maupun materil untuk melakukan perayaan itu. Umumnya hanya sekedar latah dan ikut-ikutan, terutama buat kita bangsa timur yang sedang mengalami degradasi pengaruh pola hidup western. Bahkan seringkali malah sekedar pesta yang membuang-buang harta secara percuma
Ketiga, bila perayaan ini selalu dikerjakan akan menjadi sebuah tradisi tersendir, dikhawatirkan pada suatu saat akan dianggap sebagai sebuah kewajiban, bahkan menjadi ritual agama. Padahal perayaan itu hanyalah budaya impor yang bukan asli budaya bangsa kita.
Keempat, karena semua pertimbangan di atas, sebaiknya sebagai muslim kita tidak perlu mentradisikan acara apapun, meski tahajud atau mabit atau sejenisnya secara massal. Kalaulah ingin mengadakan malam pembinaan atau apapun, sebaiknya hindari untuk dilakukan pada malam tahun baru, agar tidak terkesan sebagai bagian dari perayaan. Meski belum tentu menjadi haram hukumnya.

Jalan Tengah Perbedaan Pendapat

Para ulama dengan berbagai latar belakang kehidupan, tentunya punya niat baik, yaitu sebisa mungkin berhati-hati dalam mengeluarkan fatwa, agar umat tidak terperosok ke jurang kemungkaran.
Salah satu bentuk polemik tentang masalah perayaan itu adalah ditetapkannya hari libur atau tanggal merah di hari-hari raya agama lain. Yang jadi perdebatan, apakah bila kita meliburkan kegiatan sekolah atau kantor pada tanggal 25 Desember itu, kita sudah dianggap ikut merayakannya?
Sebagian berpendapat bahwa kalau cuma libur tidak bisa dikatakan sebagai ikut merayakan, lha wong pemerintah memang meliburkan, ya kita ikut libur saja. Tapi niat di dalam hati sama sekali tidak untuk merayakannya.
Namun yang lain menolak, kalau pada tanggal 25 Desember itu umat Islam pakai acara ikut-ikutan libur, suka tidak suka, sama saja mereka termasuk ikut merayakan hari raya agama lain. Maka sebagian madrasah dan pesantren memutuskan bahwa pada tanggal itu tidak libur. Pelajaran tetap berlangsung seperti biasa.
Sekarang begitu juga, ketika pada tanggal 1 Januari ditetapkan oleh Pemerintah sebagai hari libur nasional, muncul juga perbedaan pendapat. Bolehkah umat Islam ikut libur di tahun baru? Apakah kalau ikut libur berarti termasuk ikut merayakan hari besar agama lain?
Lalu muncul lagi alternatif, dari pada libur diisi dengan acarahura-hura, mengapa tidak diisi saja dengan kegiatan keagamaan yang bermanfaat, seperti melakukan pengajian, dzikir atau bahkan qiyamullail. Anggap saja memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan.
Dan hasilnya sudah bisa diduga dengan pasti, yaituakan ada kalangan yang menolak mentah-mentah kebolehannya. Mereka mengatakan bahwa pengajian, dzikir atau qiyamullaih di malam tahun baru adalah bid�ah yang diada-adakan, tidak ada contoh dari sunnah Rasulullah SAW.
Lebih parah lagi, ada yang bahkan lebih ektrem sampai mengatakan kalau malam tahun baru kita mengadakan pengajian, dzikir, atau qiyamullail, bukan sekedar bid�ah tetapi sudah sesat dan masuk neraka. Wah�
Jadi semua itu nanti akan kembali kepada paradigma kita dalam memandang, apakah kita akan menjadi orang yang sangat mutasyaddid, mutadhayyiq, ketat dan terlalu waspada? Ataukah kita akan menjadi mutasahil, muwassi�, longgar dan tidak terlalu meributkan?
Kedua aliran ini akan terus ada sepanjang zaman, sebagaimana dahulu di masa shahabat kita juga mengenal dua karakter ini. Yang mutasyaddid diwakili oleh Ibnu Umar radhiyallahu �anhu dan beberapa shahabat lain, sedang yang muwassa� diwakili oleh Ibnu Abbas radhiyallahu �anhu dan lainnya.
Insya Allah, ada jalan tengah yang sekiranya bisa kita pertimbangkan. Misalnya, kalau dasarnya memang tidak ada budaya atau kebiasaan untuk bertahun baru dengan kegiatan semacam pengajian dan sejenisnya, sebaiknya memang tidak usah digagas sejak dari semula. Biar tidak menjadi bid�ah baru.
Akan tetapi kalau kita berada pada masyarakat yang sudah harga mati untuk merayakan tahun baru, suka tidak suka tetap harus ada kegiatan, mungkin akan lain lagi ceritanya. Tugas kita saat itu mungkin boleh saja sedikit berdiplomasi. Misalnya, tidak ada salahnya kalaukitamengusulkan agar acaranya dibuat yang positif seperti pengajian.
Dari pada kegiatannya dangdutan, begadang semalam suntuk atau konser musik, kan lebih baik kalau digelar saja dalam bentuk pengajian. Anggaplah sebagai proses menuju kepada pemahaman Islam yang lebih baik nantinya, tetapi dengan cara perlahan-lahan.
Kalau kita tidak bisa menghilangkan budaya yang sudah terlanjur mengakar dengan sekali tebang, maka setidaknya arahnya yang dibenarkan secara perlahan-lahan. Kira-kira ide dasarnya demikian.
Tetapi yang kami sebut sebagai jalan tengah ini bukan berarti harga mati. Ini cuma sebuah pandangan, yang mungkin benar dan mungkin juga tidak. Namanya saja sekedar pendapat. Tetap saja menyisakan ruang untuk berbeda pendapat. Dan mungkin suatu ketika kami koreksi ulang.
Redaktur: Shabra Syatila

Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !
Adi Setiyono

Lirik Lagu Rhoma ini sama dengan isi Ceramah Habib Rizieq yang dilaporkan ke Polisi oleh ormas Mahasiswa Katolik



Bro n sis, coba cek deh lagu ini. Lirik Lagu Rhoma ini sama dengan Ceramah Habib Rizieq yang dilaporkan ke Polisi oleh ormas Mahasiswa Katolik. Dengerin yuk..

Lirik Lagu Rhoma ini sama dengan isi Ceramah Habib Rizieq yang dilaporkan ke Polisi oleh ormas Mahasiswa Katolik






Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !
Adi Setiyono

Ketika Harta tak dibawa MATI : Melihat Koleksi Mobil Mewah Ir Dodi, Korban Pembunuhan Pulomas



Ir Dodi Triono (59) menjadi korban pembunuhan sadis di rumah mewahnya di Pulomas, Jakarta Timur. Semasa hidup, dia juga dikenal suka mengoleksi mobil-mobil mewah. Begini penampakannya.

detikcom melihat akun Instagram @dtr175 dan @dodie_3, Rabu (28/12/2016). Di akun-akun ini ada foto-foto pribadi Dodi semasa hidup. Semua foto yang dipampang kebanyakan nampak berlokasi di kediamannya di Jl Pulomas Utara No 7A, Pulogadung, Jakarta Timur.

Ada foto saat Dodi selfie di dalam kamar. Ada juga foto dirinya berdiri gagah sambil memegang senjata laras panjang. Di belakangnya, terlihat ada sejumlah senjata lain yang tersusun di dinding.

Dodi juga mengunggah foto-foto sudut-sudut rumahnya yang mewah dan asri. Rumah itu didekorasi dengan cat warna putih dengan perabotan yang serba modern. Di rumah ini juga terdapat kolam renang.

Di kebanyakan foto, Dodi nampak berpose dengan mobil-mobil mewahnya. Semasa hidup dia dikenal memang suka mengoleksi mobil mewah. Nampak ada mobil Lamborghini Gallardo warna oranye, Ferari 488GTB warna merah-putih dan Hummer H2 warna hitam yang masing-masing harganya di atas Rp 1 miliar. Ada juga sejumlah mobil lain yang harganya tak bisa dibilang murah bagi masyarakat umum.

Melihat Koleksi Mobil Mewah Ir Dodi, Korban Pembunuhan PulomasFoto: Ir Dodi dan koleksi mobil mewahnya (Instagram/@dtr175/Istimewa)

Ada juga foto-foto kebersamaaan Dodi bersama anak-anaknya. Dodi juga memajang fotonya bersama Jokowi. Semasa hidup, Dodi melakoni bisnis di bidang properti. 

Melihat Koleksi Mobil Mewah Ir Dodi, Korban Pembunuhan PulomasFoto: Ir Dodi dan koleksi mobil mewahnya (Instagram/@dtr175/Istimewa)

Dodi disekap bersama 10 orang termasuk 3 anaknya serta pembantu dan 2 orang sopirnya sejak Senin (26/12) sore, hingga akhirnya diketahui pada Selasa (27/12) pagi. Mereka disekap di sebuah toilet berukuran sekitar 2x1 meter. 

Karena toilet itu sempit dan udara yang minim, 6 orang akhirnya tewas. Mereka adalah Ir Dodi Triono, dua anaknya Diona Arika Andra Putri (16) serta Dianita Gemma Dzalfayla (9). Lalu Amalia Calista alias Amel (teman anak korban) dan Sugiyanto alias Yanto (sopir) serta Tarso (sopir).

Sementara 5 orang korban luka adalah pembantu rumah tangga (PRT) Emi (41) dan anaknya Zanette Kalila Azaria (13). Lalu PRT Santi (22), serta dua orang baby sitter atas nama Fitriani (23) dan Windy (23). Dari foto-foto yang beredar, ada darah di tubuh sejumlah korban tewas. Diduga mereka dianiaya sebelum ditumpuk di dalam kamar mandi.

Pengacara yang juga teman Dodi, John Siregar, menyebut Ir Dodi menikah 2 kali dan telah bercerai. Istri pertama Dodi bernama Dewi, sedangkan istri keduanya bernama Vira. Dari istri pertama, Dodi dikaruniai 3 anak yakni Detri, Dina dan Dini yang semuanya sudah menikah. Dari istri kedua, Dodi dikaruniai 3 anak yakni Diona Arika Andra Putri (16), Zanette Kalila Azaira alias Anet dan Dianita Gemma Dzalfayla (9).

Menurut John, meski telah bercerai, hubungan Dodi dengan kedua istrinya itu tetap baik. Dodi disebut John bercerai secara baik-baik dengan kedua istrinya tersebut.

Komisioner KPAI Erlinda menyebut, Dodi saat ini juga sudah memiliki istri. Belum diketahui jelas identitasnya, namun istri Dodi ini disebut masih muda dan sedang hamil 7 bulan. 
(hri/tor)




Siapa Ir Dodi Triono, Korban Pembunuhan di Pulomas ? 

Dodi Triono (59), korban pembunuhan di Pulomas, Jakarta Timur ternyata bukan orang yang biasa. Dodi yang bekerja sebagai arsitektur ini juga dikenal sebagai pengusaha sukses. Lihat Juga 


Di salah satu laman akun media sosial instagram miliknya, @dtr175, nampak Dodi sering memamerkan kendaraan mewahnya mulai dari Lamborghini Gallardo, Ferrari, Porsche, Mini Cooper, Volkswagen, BMW dan Hummer yang harga bisa mencapai miliaran rupiah.
Bahkan, rumah Dodi layaknya showroom mobil mewah dengan berbagai mobil terpampang baik di garasi rumah maupun di dalam rumah.
Tak hanya itu, rumah Dodi pun layaknya hotel bintang lima. Dengan kolam renang di dalam rumah tampaknya ia merupakan pengusaha yang sangat sukses.


Selain itu, cap sebagai bukan orang biasa juga sepertinya melekat dengan pria yang diketahui sudah menikah beberapa kali tersebut. Tampak ada salah satu foto yang ia unggah di instagram, ia  berfoto dengan Presiden Joko Widodo.
Dalam foto tersebut, Dodi yang menggunakan batik berfoto persis di samping orang nomor satu Indonesia tersebut. Foto tersebut ia unggah pada 8 November lalu.
Akun instagram dengan 88 kali foto yang ia unggah ini pun tampak keseharian Dodi, seperti berolahraga maupun berfoto dengan anak-anaknya.
Kini, semua koleksi mewah dan kenangan Dodi yang tergambar di akun instagram miliknya sirna. Ia menjadi salah satu korban dari enam korban yang tewas dalam pembunuhan sadis yang terjadi pada Selasa 27 Desember 2016 kemarin.

Sebelumnya, kasus pembunuhan sadis terjadi di perumahan elite di Jalan Pulomas Utara no.7A,  Kayu Putih, Pulogadung, Jakarta Timur pada Selasa 27 Desember pagi.
Enam korban yang meninggal yaitu Dodi Triono (59), Diona Arika Andra Putri (16), Dianita Gemma Dzalfayla (9), Amel, yang merupakan teman anak korban, Yanto yang merupakan sopir korban, dan Tasrok (40) yang juga merupakan sopir.
Lima korban yang masih hidup adalah Emi (41), Zanetta Anette Kslila (13), Santi (22) yang merupakan pembantu, Fitriani (23), dan Windy (23).
Kesebelas korban tersebut disekap di kamar mandi yang luasnya hanya 1,5x1,5 meter.





Innalillahi wainnailaihirajiun...

HANYA KEPADA ALLAH LAH 

TEMPAT KITA KEMBALI ... :(



Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !


Adi Setiyono

GMKI Tolak Habib Rizieq Ke Medan, PWPM Muhammadiyyah : �Mau Cari Ribut Coba Hitung2 Dulu Kawan�

Diberitakan edisimedan.com Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) menolak rencana kedatangan Dewan Pembina Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) Habib Rizieq Shihab ke Medan.

Hal ini diketahui dari pernyataan sikap GMKI yang dikirim ke wartawan, Selasa (28/12/2016) malam. Koordinator Wilayah I (Sumut-NAD) Pengurus Pusat GMKI, Swangro Lumbanbatu dalam siaran persnya mengatakan, menolak kehadiran Habib Rizieq Shihab ke Medan, Sumatera Utara.

�Kami mengkhawatirkan pernyataan-pernyataan yang akan disampaikan Habib Rizieq Shihab dalam kunjungannya akan disalahartikan dan multitafsir oleh sebagian masyarakat dan dapat memicu terjadinya perpecahan dan konflik sosial di tengah masyarakat,� kata Swangro Lumbanbatu dalam siaran persnya.




Berikut siaran pers GMKI yang diterima redaksi.  



*PERNYATAAN SIKAP*

*GMKI Menolak Kehadiran Habib Rizieq Shihab ke Sumatera Utara*

Kita harus berperan aktif menjaga kerukunan dan kedamaian di Sumatera Utara.

Sumatera Utara adalah provinsi yang penduduknya terdiri dari beragam suku, agama, etnis, dan golongan. Kemajemukan ini menjadi kekayaan daerah yang selama ini selalu berusaha dijaga dan dihormati oleh setiap masyarakat Sumatera Utara.

Beberapa persoalan konflik SARA yang beberapa kali terjadi di Sumatera Utara menjadi pembelajaran bagi masyarakat Sumatera Utara agar selalu berhati-hati terhadap isu dan provokasi yang coba dihembuskan segelintir kelompok untuk mengganggu kerukunan masyarakat Sumatera Utara.

Maka sebagai bentuk pencegahan dan antisipasi terjadinya kembali konflik SARA di tengah masyarakat Sumatera Utara yang rukun dan damai serta saling menghormati, dengan ini GMKI menolak kehadiran Habib Rizieq Shihab ke Medan, Sumatera Utara.

Kami mengkhawatirkan pernyataan-pernyataan yang akan disampaikan Habib Rizieq Shihab dalam kunjungannya akan disalahartikan dan multitafsir oleh sebagian masyarakat dan dapat memicu terjadinya perpecahan dan konflik sosial di tengah masyarakat.

Oleh karena itu pihak Kepolisian Sumatera Utara harus bertindak tegas dalam perizinan kegiatan yang akan diadakan oleh Habib Rizieq Shihab dan rombongan.

Kami juga mengajak semua organisasi masyarakat maupun kepemudaan dan mahasiswa bahkan Instansi pemerintahan Sumatera Utara untuk saling bahu-membahu menjaga kondusifitas dan kerukunan yang ada di tengah masyarakat Sumatera Utara.

Keberagaman masyarakat Sumatera Utara adalah keunikan yang kita miliki selama ini dan menjadi salah satu keunggulan dari provinsi Sumatera Utara. Mari kita bergotong royong membangun daerah kita dengan selalu berpegang teguh kepada UUD 1945 dan ideologi Pancasila.

Salam,
Swangro Lumbanbatu
Koordinator Wilayah I (Sumut-NAD) Pengurus Pusat GMKI

Menanggapi hal itu tentu saja mendapat respon dari Umat Islam di Kota Medan. Basir Hasibuan Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Sumatera Utara (PWPM) melalui Akun facebooknya mempertanyakan sambil menantang   �.apa pernah kita tolak pendeta hadir di medan..mau cari ribut coba hitung2 dulu kawan.� tulis Basir

Diketahui, Habib Rizieq dijadwalkan menghadiri tabligh akbar Aksi Bela Islam Konsolidasi Nasional Spirit 212 �Menyongsong Kebangkitan Islam� yang semula akan digelar di lapangan Benteng berubah di Masjid Agung Medan,

Rabu (28/12/2016).




Inilah Suasana Peserta Tabligh Akbar Aksi Bela Islam Medan 2812 yang hadirkan Habib Rizieq 


Umat Islam peserta Tabligh Akbar GNPF-MUI 2812dari Kota Medan dan Sekitarnya mulai memadati halaman parkir Masjid Agung di Jalan Diponegoro Medan. Para peserta mengenakan pakaian putih-putih.

Berikut ini foto suasana tabligh Akbar yang diambil oleh netizen bernama Abdullah Lathif Manjorang, rabu(28/12/2016) siang.


Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !