Pengguna atau warga internet (netizen) diimbau bijak memilih media untuk menghindari berita bohong atau informasi palsu (hoax).
Ia mengingatkan, masyarakat hendaknya tidak serta merta percaya pada informasi, terutama terkait peristiwa alam seperti gempa bumi.
Imbauan tersebut disampaikan Pakar Komunikasi Universitas Brawijaya Malang, Anang Sudjoko.
"Individu di era sekarang sudah seperti media massa. Oleh sebab itu, literasi perlu terus diasah agar masyarakat kita tidak begitu saja menyebarkan informasi apalagi yang berkaitan dengan kejadian alam," tutur Anang dikutip Malang Times, Kamis (17/11/2016).
Ia mengingatkan, masyarakat hendaknya tidak serta merta percaya pada informasi, terutama terkait peristiwa alam seperti gempa bumi.
Anang menyebut apabila masyarakat tidak menyaring informasi dengan benar, dikhawatirkan justru malah memancing keresahan.
"Pastikan dulu siapa yang menyampaikan informasi tersebut. Siapa dan medianya apa. Dan kutipan di media itu pun harus dapat dipertanggungjawabkan yang dalam hal ini harus dari BMKG," jelas Anang.
Untuk itulah, Anang beranggapan bahwa media online mainstream harus turut berpartisipasi dalam upaya memberikan informasi yang cepat, tepat dan akurat.
Kemunculan berita hoax atau berita palsu salah satunya adalah peran pengguna media sosial tidak bertanggungjawab.
"Pastikan dulu siapa yang menyampaikan informasi tersebut. Siapa dan medianya apa. Dan kutipan di media itu pun harus dapat dipertanggungjawabkan yang dalam hal ini harus dari BMKG," jelas Anang.
Untuk itulah, Anang beranggapan bahwa media online mainstream harus turut berpartisipasi dalam upaya memberikan informasi yang cepat, tepat dan akurat.
Hoax merupakan fenomena dunia internet. Banyaknya media abal-abal, yaitu media dengan pengelola tidak jelas, alamat kantor tidak disebutkan, dan tidak berbadan hukum, membuat hoax mudah sekali diproduksi dan disebarkan netizen "alay" yang kurang pendidikan.*
Note: Only a member of this blog may post a comment.